Minggu, 02 Desember 2012

SEJARAH DESA CIANGIR ( SASAKALA )



A. MASA PERJUANGAN Waktu negara mataram mendapat serangan dari tentara belanda diantara seorang pahlawan lari ke arah barat, karna beliau tidak mau tunduk kepada belanda, beliau seorang yang sakti, perjalanan pada waktu itu menyelusuri gunung, dan beliau di jadikan buronan ( karaman ). Setelah turun gunung naik gunung, beliau ( pahlawan mataram ) sampailah di sebuah dusun yang terletak di lereng gunung tepi sebeleh timur gunung tilu, dusun itu bernama CINYALUNG,dusun itu hanya didiami oleh beberapa umpi saja, tetapi dia merasa tidak aman diam di dusun itu, karena manurut perhitungannya belanda akan mudah menangkapnya, lagi pula dia sudah menjadi catatan ( dokumen ) belanda. Maka beliau pergi lagi dari dusun itu ke arah utara,dengan maksud ingin hidup sebagai peladang, menemukan sebuah tempat yang datar dan dia membuka hutan, pada waktu dia lari dari mataram, namanya CIPTANALA, setelah sampai di tempat itu, namanya diganti dengan DITANALA. Belanda tidak tinggal diam, setelah diketahui larinya ke arah barat maka dikirimkanlah pasukan untuk mencari buronannya yang bernama ki CIPTANALA. Dengan secara kebetulan sampailah di tempat yang sedang dicarinya dan bertemu dengan yang dicarinya, tetapi belanda tidak hapal rupanya, hanya tau namanya saja, kemudian pimpinan pasukannya bertanya kepada seseorang yang sedang bekerja, Diantara pertanyaannya sebagai berikut: “ Apakah kamu mandengar dan
mengenal kepada orang yang bernama CIPTANALA ? Apakah ada disini ?” Maaf tuan saya tidak tahu dan tidak mengenalnya. “ siapa namamu ?” Nama saya Ditanala dan pekerjaan saya hanya bertani. “ kemana terusannya jalan ini ?” ( sambil mencatat nama orang tersebut ). Ke sana tuan ke selatan. Belanda tidak menaruh curiga, dan terus melanjutkan perjalanan, setelah kira-kira 100 m jaraknya, dengan kesaktian ki Ciptanala ( Ditanala ) ditiupnya pasukan belanda itu dari belakang hingga mati semuanya. Ki Ditanala berfikir, mesti nanti akan datang lagi pasukan yang menyusulnya, maka beliau meninggalkan tempat itu kembali ke dukuh cinyalung, tetapi sebelum meninggalkannya beliau membuat ciri di tempat itu yang merupakan makam/kuburan. Ciri makamnya sekarang masih ada dan mendapat pemeliharaan kuncen, dengan julukan : “MAKAM SUDI MAMPIR” Setelah kembali lagi ke cinyalung pekerjaan dengan istrinya membuat gula kaung. Belanda di pusat merasa heran, karena pasukan yang dikirim terlebih dahulu belum kembali, maka dikirimkan lagi pasukan untuk menyusulnya, datang ketempat yang dituju ternyata pasukan mati semua, kemudian melaksanakan pemeriksaan, ditemukan catatan nama DITANALA, pasukan belana itu menuju dukuh cinyalung. Buyut ditanala mengetahui belanda sudah datang, ia berkata pada istrinya: “Ni ( nene ), saya akan mencari tempat untuk ibadah (shalat) sebagai samaran, jika belanda datang kesini jangan diberitahukan, pura-pura tidak tahu”, buyut ditanala pergi kearah barat dan mencari sungai serta batu yang datar, setelah menemukan beliau sembahyang. Belanda datang ke cinyalung dan menemui istrinya buyut ditanala yang sedang memanaskan bahan gula kawung, belanda tidak bertanya karena timbul rasa takutnya, dilihatnya mengaduk adonan gula yang sedang mendidih hanya pakai tangan saja tanpa alat, Belanda meneruskan perjalanan ke arah barat dan bertemu dengan orang yang sedang sembahyang, kemudian menanyakan ki ditanala: “ tidak tahu tuan, karena saya seorang santri yang kerjaannya hanya sembahyang saja, barang kali ke barat, belanda tidak menaruh curiga apa-apa, terus melanjutkan perjalanannya, setelah lewat dan kira-kira 100 m pasukan belanda ditiup lagi dari belakang hingga mati semua. Buyut Ditanala kembali lagi ke Cinyalung dan sebelum pulang membuat lagi kuburan, kuburan ini dinamakan :” MAKAN KI SATRI “. Sedatangnya di Cinyalung berunding dengan istrinya yang maksudnya untuk meninggalkan tempat itu, karena pasti belanda akan menyusul kembali, sedangkan buyut sudah merasa berat karena banyak membunuh musuh. Setalah sepakat, suatu waktu berangkat arah ke utara menuju tempat semula ( sudimampir ) dan singgah dahulu disana ( mampir ), sebelum meninggalkan tempat itu buyut Ciptanala/ditanala berkata ( nurunken basa ) sebagai berikut : “ isuk jaganing geto kepada anak cucu ( incu ) kaula nu asalna di daerah wetan ( jawa tengah), sing saha bae boga kahayang datang ka ieu tempat ( sudi mampir ) atawa jaroh, tinangtu bakal diijabah sakahayangna “ Sesudah berkata demikian, buyut pergi ke arah barat, menetap sampai meninggalnya di Desa tanjungsari-sampay kecamatan ciwaru. Catatan : Sampai sekarang banyak orang yang berkunjung ( jaroh ) ke makam sudi mampir, utamanya dari daerah jawa tengah, umpama yang bermaksud mencalonkan kuwu ( kepala desa ), ataupun lainnya. Diantaranya ada terlaksana cita-citanya jadi kuwu, kaya, naik pangkat, selamat dari perkara kejaksaan, dsb. kuncen yang memegang adalah aki mahyar. B. SASAKALA DESA Setelah buyut sudi mampir ( ki santri, Ditanala, Ciptanala, Wayuga jaya ) meninggalkan dukuh cinyalung dan belanda tidak datang lagi, umpi disana kehilangan tua-tuanya kemudian ditunjuk buyut Hasanudin seorang lebe ( kiyai ) oleh umpi-umpi di Cinyalung untuk menjadi kuwu, maka karena menjabat 2 jabatan, yaitu : Lebe dan kuwu istilahnya disebut: AKI BEWU. Aki bewu pada waktu itu sering seba ke gebang ( mengunjungi pinangeran ) dan kalau seba cukup mengendarai pelapah kelapa ( baralak ). Keseniannya calung, gendang. Karena sudah tuanya, kekuwuan diserahkan kepada anaknya yang bernama : MAYA TARUNA. Buyut maya taruna setelah menjadi kuwu, merencanakan akan memindahkan kampung, dicarinya tempat kearah utara dan menemukan sebuah dataran yang diapit oleh dua buah anak sungai. Tempat itu penuh dengan pohon simpur, maka tempat itu dinamai : DUKUH SIMPUR (ciangir sekarang), mungkin di Cinyalung dirasakan kurang aman, karena sudah dikenal belanda. Kampungpun pindah ke dukuh yang baru yang dinamai dukuh simpur, kemudian buyut Maya Taruna pun seba ke pinangeran gebang, merundingkan dan menanyakan untuk nama tempat itu. Dari gebang buyut taruna disuruh pulang, hanya sebelum sampai di dukuh simpur disuruh diangir ( keramas ) dahulu di anak sungai yang mengalir di sebelah barat kampung. Karena buyut maya taruna diangir dulu dan segala prilaku pimpinan pada waktu itu dianggap dan banyak yang ditiru sehingga dukuh simpurpun diganti namanya menjadi: CIANGIR, yang berarti ; “ Cai tempat diangir “. Kesenian yang sangat di gemari oleh masyarakat pada waktu itu adalah seni Calung yang dilengkapi dengan gendang, permainannya ialah sulap. Suatu waktu kesenian ciangir ( Calung, gendang, dan sulap ) mendapat undangan dari desa Gunung jawa untuk memperlihatkan kemeriahannya, rombongan berangkat ke gunung jawa, pada waktu mempermainkan sulap, yaitu menyembelih manusia dengan diiringi gendang dan calung, ternyata kepala orang itu ( yang disembelih ) hilang tidak dapat ditemukan lagi. Rombongan merasa cemas apalagi kepala rombongan, kemudian mengadakan pengumuman dan edaran, tetapi tidak ada yang mengaku berbuat curang, setelah tidak ada yang mengaku dan tetap kepala orang yang disembelih itu tidak ditemukan, Maka kepala pimpinan mengeluarkan kesaktiannya, yaitu menanam biji waluh pada waktu itu, waluhpun ( labu ) tumbuh dan langsung berbuah, buahnya dipetik, kemudian mengadakan pengumuman; “kepada siapa yang memparmainkan agar dengan segara kapala orang itu dikembalikan”, tapi tetap tidak ada yang mengaku ( karena sama dengan mengadu kesaktian ). Pemimpin tidak sabar, lalu waluh di belah diatas panggung, tiba-tiba orang yang mempunyai ilmu di gunungjawa itu ( orang yang mempermainkan ) kepalanya pecah, dan kepala orang yang hilang itu ada didalam gendang, kulit gendang dibuka sebelah dan orang itu hidup kembali. Setelah datang ke Ciangir, maka keluarlah ucapan mendapat malu: “ pikeun anak incu jeung turunannana desa Ciangir teu beunang nanggap calung jeung gegendangan atawa nabeuh gendang, sing saha anu ngarempak ieu wangsit tinangtu panggih balukar atawa kacilakaan”. Sampai sekarang di desa Ciangir tidak ada bedug, boleh menabuh gendang asalkan gendangnya jangan tertutup semua ( seperti dog-dog ). desa ciangir kecamatan cibingbin kabupaten kuningan provinsi Jawa Barat

2 komentar: